Mobil Eropa dan Jepang Mana yang Lebih Baik???
Dilihat dari Deprisiasi Harga serta
Peletakan Aki
A.
Latar Belakang
Mobil Jepang (Toyota, Honda,
Mitsubishi, Mazda, Suzuki, Nissan, Daihatsu, Isuzu, dan Subaru) Cocok untuk investasi jangka pendek, bandel,
tapi tak nyaman dan rawan karat. Eropa
(Mercedes-Benz, BMW, Audi, Peugeot, Renault, Fiat, Jaguar, Land Rover, Opel,
Porsche, Saab, Volvo, BMW) Perlu
perhatian lebih, depresiasi harga tinggi, namun nyaman dan jauh dari karat.
B.
Pembahasan Masalah
·
Mobil Jepang
Mobil Jepang paling cocok untuk
Indonesia. Baik dari bentuk atau mesinnya yang kompak. Walau sudah berusia tua,
namun mesin-mesin buatan Jepang relatif tahan lama. Mobil Jepang mudah
beradaptasi dengan iklim tropis dan dengan kondisi lalu-lintas padat yang
banyak manuver stop and go. Mau dipakai tiap hari atau lama disimpan, mesinnya
cenderung awet.
Interior kebanyakan berbahan plastik.
Selain sifat materialnya, ukuran jendela serta kaca yang kecil membatasi
banyaknya sinar matahari yang masuk hingga interiornya relatif lebih awet (beda
dengan produk Eropa yang pakai bahan kulit serta jendela lebar). Berkat
populasinya besar, harga spare part serta jasa bengkel cukup terjangkau.
Sebagai petunjuk untuk produk Jepang, spare part berbanderol paling mahal ada
pada produk Mitsubishi.
Nah, karena mengikuti aturan masa
pakai mobil di Jepang yang hanya 5 tahun, bodinya pun rentan bila usianya
melebihi batas dan juga rawan karat. Anda mesti ekstra teliti pada bagian ini. Waspadai pula model mobil Jepang yang
diset untuk pasar Eropa macam Nissan Cefiro atau Eterna V6 yang boros BBM dan
mahal ongkos perawatannya. Secara umum, mobil bekas Jepang memang paling
kompak, bandel, serta punya depresiasi harganya paling stabil, cocok untuk
investasi jangka pendek.
·
Mobil Eropa
Terkenal
dengan jargonnya yang “rewel” serta harga spare part mahal. Kalau mobil Eropa,
baiknya dipakai tiap hari. Jangan disimpan aja di garasi, apalagi BMW. Walau
mesinnya dipanasin tiap hari, pasti ada aja masalahnya. Selain itu, sifatnya yang “Eropa”
membuat mesinnya lebih sensitif dan cepat panas. Perawatan berkala wajib
dilakukan tepat waktu. Soal efisiensi bbm, selama jenis mesin yang dipakai tak
lebih dari 4 silinder, konsumsinya tak terlalu boros.
Menilik
populasinya yang terbatas, membuat ketersedian spare part dan jasa mekanik tak
sebanyak Jepang. Namun bila Anda tetap kekeuh membeli mobil Eropa, sebaiknya
cari referensi lebih dulu tentang mobil incaran. Bisa ke bengkel, teman yang
mengerti atau bergabung dengan klub.
Sebab
bila Anda tak punya pengetahuan atau referensi, kerusakan kecil bisa menjadi
sangat mahal. Seperti lampu indikator dasbor BMW yang tiba-tiba nyala semua.
Kalau kita tak mengerti, bisa-bisa disuruh bengkel mengganti satu set indikator dasbor yang harganya jutaan rupiah. Padahal masalahnya hanya baterai di modul dasbor yang lemah.
Kalau kita tak mengerti, bisa-bisa disuruh bengkel mengganti satu set indikator dasbor yang harganya jutaan rupiah. Padahal masalahnya hanya baterai di modul dasbor yang lemah.
Jangan
salah bila bicara daya tahan bodi serta kenyamanan untuk mobil Eropa ini. Soal
harga spare part, kini harganya tak bisa dibilang mahal. “Spare part BMW masih
lebih mahal dari Mercy, sedangkan Volvo yang paling mahal. Tapi sejak banyaknya pabrik perakitan
mobil di Thailand atau Afrika, banyak spare part produk lokal mereka yang
harganya lebih murah. Seperti electric fan BMW yang dulunya Rp 2 jutaan, kini
part ex-Afrika-nya hanya sekitar sejuta rupiah. Namun depresiasi harga mobil Eropa
sangat tinggi. Mobil bekas Eropa yang depresiasinya paling kecil adalah
Mercedes-Benz.
Ø
Faktor-faktor yang membuat harga jual
Mobil Eropa turun drastis dari harga belinya:
o
Konsumsi BBM
Mobil keluaran eropa
rata-rata memiliki konsumsi BBM yang lebih boros daripada mobil buatan jepang/
asia, meskipun lebh boros akan tetapi mobil keluaran eropa sebenarnya sangat
baik dalam hal tenaga dan torsi mobil eropa (lebih unggul daripada mobil asia).
o
Harga Mobil yang Tinggi
Harga mobil eropa
cenderung lebih mahal sebut saja mercedes atau BMW atau yang lain (ibaratnya 1
mobil BMW harganya sama dengan 2 mobil Toyota, meskipun secara spek gak bisa
diadu), sebenarnya tingginya harga mobil eropa ini wajar karena karakteristik
mobil memang memiliki kualitas bagus. Mahalnya harga mobil baru keluaran eropa
membuat pangsa pasar mobil eropa juga sangat kecil, pangsa pasar yang kecil
menyebabkan tingginya biaya maintenance (perawatan) sehingga kurang diminati.
o
Sparepart Mahal
Kebanyakan sparepart
mobil BMW atau Mercedes memang didatangkan langsung dari eropa, tidak ada
istilah KW intuk sparepart karena semua orisinal, Ini yang membuat harga
sparepart mahal. Meskipun mahal tapi sparepart mobil eropa ini mampu bertahan
hingga rata-rata 6 sampai 7 tahun.
o
Jaringan Servise yang Terbatas
Tidak seperti mobil
jepang yang memiliki jaraingan penjualan dan service merata di kota-kota di
Indonesia, mobil eropa memiliki jaringan yang tidak cukup merata ambil contoh
dealer BMW di jawa timur hanya ada di Surabaya. Berbeda dengan Toyota atau
Honda bahkan sampai kota-kota kecil seperti kediri, madiun, blitar dan
lain-lain.
Dealer yang biasanya juga berfungsi sebagai bengkel ini sangat urgen fungsinya, semakin luas jaringan service maka akan memudahkan masyarakat merawat mobilnya dan konsumen tidak was-was jika membeli mobil karena tempat service yang tersedia. Jaringan service yang terbatas ini juga menjadi penyebab harga mobil bekas turun.
Dealer yang biasanya juga berfungsi sebagai bengkel ini sangat urgen fungsinya, semakin luas jaringan service maka akan memudahkan masyarakat merawat mobilnya dan konsumen tidak was-was jika membeli mobil karena tempat service yang tersedia. Jaringan service yang terbatas ini juga menjadi penyebab harga mobil bekas turun.
o
Tidak semua teknisi bisa menyervise
Karena uniknya mesin dan tingkat kerumitannya sehingga untuk memperbaiki kerusakan mobil eropa cukup repot dimana tidak semua teknisi memahami mesin mobil eropa, hanya bengkel-bengkel tertentu saja yang memahami mesin mobil ini. Biasanya di kota yang tidak terlalu besar ada salah satu bengkel mobil eropa meskipun tidak resmi, misalnya di malang ada beberapa bengkel yang pasiennya mobil-mobil eropa seperti fiat, VW, Mercedes, dll. Biasanya bengkel-bengkel ini juga memiliki jaringan untuk mendapatkan sparepartnya. Pengalaman penulis dulu saat memakai mobil fiat lampu sein pecah, nah hanya untuk mengganti mika lampu sein ini harus pesan dulu (inden beberapa bulan). Mungkin untuk mobil-mobil eropa yang baru sudah mudah ya cari sparepartnya meskipun tak semudah mobil jepang.
·
Peletakan Aki
Selain perbedaan harga, hal lain yang membedakan
yakni posisi pemasangan aki atau baterai. Untuk mobil pabrikan mobil Jepang
biasanya memasang akinya di depan sedangkan mobil Amerika dan Eropa sudah
memasangkan akinya di bagian tengah atau belakang.
Hal ini yang membedakan mobil Jepang dan mobil
rakitan Amerika dan Eropa. Dari segi harga saja sudah berbeda, tapi untuk
keselamatan mobil Amerika dan Eropa jauh lebih aman. Memang tidak semua
mobil Jepang yang memasangkan batrenya di depan tapi ada juuga yang ditengah
dan dibelakang, tapi itu terjadi pada mobil-mobil yang memiliki harga mahal
atau mobil premium seperti Lexus dan Infiniti.
Lebih lanjut, hal ini sebagai lelucon dan lucu.
Sebab, tempat yang paling fatal dan berpotensi menimbulkan percikan api malah
disimpai baterai atau aki di tempat tersebut. Hal ini jelas sangat membahayakan
konsumen. Jadi mobil Eropa, dalam tanda kutip sudah memperhatikan sisi
keamanan dibandigkan mobil Jepang. Ini harus diingatkan dan menjadi hal yang
penting yang harus dirubah oleh para produsen mobil Jepang.
C. Kesimpulan
Beberapa permasalahan
diatas rupanya menjadi pertimbangan dalam membeli mobil eropa, peminat mobil
bekas eropa sedikit sekali sehingga menurunkan harganya, minimnya peminat
karena faktor-faktor seperti mahalnya sparepart dll. Hal ini lah yang
menyebabkan perbedaan deprisiasi yang cukup signifikan diantara kedua pabrikan
mobil tersebut.
Masalah peletakan aki, tentu mobil
Eropa lebih cermat dalam mengatasinya. Pabrikan Eropa menaruh standar
keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pabrikan Jepang. Kita tahu, tempat yang paling fatal dan berpotensi menimbulkan
percikan api adalah di depan akan tetapi pabrikan Jepang malah menyimpan baterai
atau aki ditempat tersebut.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar